Filsuf Yunani Kuno : Thales, Anaximander, Anaximenes

PEMIKIRAN FILSUF YUNANI KUNO :
THALES, ANAXIMANDER, ANAXIMENES

Disusun Oleh :




Kelompok 1
Binar Candra A/1506753732   Nailah Azkiya’/ 1606912152
Firyal Nisrina/ 1506752465     Niken Pangestika H./ 1506719101
Indira Hasibuan/ 1506718976 Sheila Thalia H/ 1506682673
Iqbal Eka/ 1506734153




FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2017

BAB I
PENDAHULUAN


        Secara estimologi filsafat berasal dari Bahasa Yunani philo dan sophia. Philo pada Bahasa Yunani diartikan sebagai cinta namun dalam arti yang luas yaitu keinginan akan sesuatu serta usaha untuk mendapatkannya, sedangkan Sophia diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan kata lain filsafat adalah suatu pemikiran untuk mengukur kebenaran dalam kehidupan. Sedangkan secara terminologi filsafat merupakan induk dari pengetahuan.karena pada dasarnya pengetahuan akan muncul diawali dari sebuah pemikiran.
         Dalam bahasa Yunani  orang yang berfilsafat disebut Philosophos atau Failasuf dalam bahasa Arab. Sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut filsuf atau filosof yaitu orang yang mencintai pengetahuan dan menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau dengan perkataan lain orang yang mengabdikan kepada pengetahuan untuk mengembangkan dan merancang pandangan mengenai suatu kehidupan. Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (masa Yunani).
         Pada masa Yunani kuno mempelajari filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan untuk memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang dalam, menemukan sebab terakhir suatu penampilan. Hal itu yang menyebabkan lahirnya filsuf-filsuf yunani yang pertama diantaranya: Thalles, Anaximander, Anaximenes. Mereka disebut filsuf alam karena dasar pemikiran mereka ialah memikirkan masalah alam dan dari mana terjadinya alam (kosmosentris). Dalam hal ini para filsuf alam memiliki pemikiran dan metode masing-masing dalam menjabarkan asal mula alam, seperti Thales yang berpendapat bahwa alam ini terbuat dari Air, sedangkan Anaximander mengemukakan bahwa asal alam ini ialah seseuatu yang tak terbatas dan tak terhingga yaitu Apeiron, dan filsuf alam  yang terakhir yakni Anaximenes berpendapat bahwa alam ini berasal dari udara. Mengapa terjadi perbedaan pendapat antara para filsuf Alam meskipun dalam penelitiannya menjadikan alam sebagai pusat dari ide pemikiran mereka. Dilatarbelakangi keinginan akan pengetahuan mengenai ketiga tokoh diatas pemakalah akan membahas lebih dalam mengenai pemikiran filsuf Yunani Kuno khususnya Thales, Anaximander, dan Anaximenes.

BAB II
ISI

II.1 Thales dan Pemikirannya

Thales adalah orang pertama yang berfilsafat pada zaman Yunani Kuno. Sejarah filsafat pada masa Yunani Kuno dimulai dengan mnculnya berbagai pemikiran yang mendalam tentang realitas alam sebagai tempat manusia berpjak. Kesadaran ini dilakukan oleh perenungan orang-orang yang dianggap bijak dan lalu perenungan tersebut akhirnya terumus dalam proposisi-pproposisi yang sistematis. Orang-orang yang dianggap bijak tersebut disebut dengan filsuf. Thales-lah filsuf pertama yang memikirkan tentang pertama kali terjadinya alam semesta. Thales disebut juga sebagai “Bapak Filsafat”.
Thales lahir pada 624 SM, di kota kecil Miletus yang terletak di pantai barat Asia Kecil, yang sekarang disebut Turki. Kota ini menjadi sebuah kota yang menjadi pusat perdagangan. Kapal-kapal pedagang dengan mudah berlayar ke Nil di Mesir., sedangkan caravan melakukan perjalanan lewat darat menuju kota di Babylon. Penduduk Miletus sering melakukan kontak dagang dengan kota-kota di Yunani dan warga Phonesia. Di kota ini juga merupakan tempat pertemuan dunia Timur dan Barat, sehingga memungkinkan orang-orang yang saling bertemu tersebut untuk mengisi waktu dengan berdiskusi, bertukar pandang dan pikiran, serta berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat, sehingga para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales merupakan perintis matematika dan filsafat Yunani, beliau adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Thales mendapat gelar “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai dengan cara berfikir mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan segala gejala-gejala yang ada di dalamnya tidak bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Thales mengajukan pertanyaan yang amat mendasar, yaitu “Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?” dan ia sendiri menjawab air. Karena pertanyaannya itulah yang mengangkat Thales menjadi filosof pertama di dunia. Selain sebagai filsuf , Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi dan politik.
Tentang kehidupan pribadi Thales, orang tua Thales adalah Examyes dan Cleobuline. Keluarganya memiliki hubungan keluarga kerajaan Phoenicia. Keluarga Thales memiliki hubungan dengan Cadmus pangeran Fenisia. Tentang pernikahannya Diogenes mengatakan Thales menikah dan memiliki seorang putra bernama Cybisthus atau Cybisthon cerita kedua Thales mengadopsi keponakannya dengan nama yang sama tersebut.
Thales adalah seorang saudagar, profesi inilah yang membuatnya sering melakukan perjalanan. Dan dia sering  berlayar ke Mesir. Di Mesir inilah, dalam waktu senggangnya Thales mempelajari astronomi dan geometri. Dia mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani kembali. Thales dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhasil memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia, sejak tahun 747 SM.
Menurut Thales asal mula alam ini adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar dari segala-galanya. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali menjadi air. Sebagai dasar pemikirannya, Thales memberikan argument yang rasional, bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang, lahir di tempat yang lembab, bakteri-bakteri hidup dan berkembang di tempat yang lembab, bakteri makan sesuatu yang lembab dan kelembaban bersumber dari air. Dari air itu terjadilah tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanah pun mengandung air.
Untuk mencari hakikat asal mula dari alam semesta ini, Thales memang melepaskan diri dari ikatan kepercayaan umum di waktu itu. Berdasarkan pengalamannya, baik bagi orang pesisir, sebagai saudagar yang suka berlayar di lautan, maupun pengalamannya menyaksikan kehidupan penduduk Mesir yang hidupnya bergantung kepada sungai Nil,  semuanya dijadikan landasan berpikir Thales untuk mencari jawaban mengenai asal mula kejadian alam ini, yakni “semuanya berasal dari air”.
Perkataan Thales tersebut memberikan pemikiran yang lebih mendalam lagi, yaitu bahwa “semuanya adalah satu”. Pikiran ini adalah pemikiran radikal dan masih baru pada zaman itu, sehingga untuk diterima cukup sulit diterima oleh masyarakat sekitar.
Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada, juga yang menyebabkan akhir dari segala yang ada itu. Dunia ini diawali oleh air dan berakhir juga karena air, atau dengan perkataan filsuf, air adalah subtract (bingkai) dan substansi (isi). Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka tidak ada jurang pemisah antara hidup dan mati. Semuanya satu.
Kepercayaan batin Thales adalah animisme. Yaitu kepercayaan bahwa bukan hanya yang hidup saja yang mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati mempunyai jiwa. Aristoteles menamakan pendapat Thales yang meyatakan bahwa jagat raya ini memiliki jiwa dengan nama hylezoisme.

II.2 Anaximander dan Pemikirannya

Anaximander terkenal dengan pemikirannya di bidang kosmologi yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari apeiron. Apeiron adalah suatu zat yang tak terbatas. Meskipun Anaximander merupakan murid dari Thales, filsuf yang menyatakan bahwa alam semesta berasal dari air, Anaximander justru menentang pendapat sang guru. Ia percaya bahwa alam semesta tercipta bukan dari elemen tertentu karena sesungguhnya elemen-elemn tersebut berkolaborasi menjadi bagian dari alam semesta. Ia juga mengemukakan pemikirannya tentang ‘dalil gerak abadi’ bersama apeiron sebagai penyebab dunia. Dalil gerak abadi yang diungkapkannya tersebut boleh jadi ialah yang kini kita kenal dengan rotasi. Pada masa berikutnya, apeiron identik dengan konsep Tuhan.
Anaximander juga berpendapat bahwa dunia tidak kekal dan akan hancur kembali ke apeiron, kemudian dunia baru akan lahir. Ia menjadi orang pertama yang memperkenalkan nama ini dari prinsip material. Ia berpendirian bahwa air adalah salah satu dari unsur-unsur duniawi, sedangkan ‘penyebab pertama’ harus datang dari sesuatu di luar elemen seperti itu. Anaximander menjadi filsuf pertama yang diketahui bekerja di lingkup abstrak, bukan berdasar hanya pada observasi alam. Ia adalah orang yang pertama kali mengemukakan pemikiran metafisika bahkan sebelum istilah tersebut diciptakan. Anaximander menyatakan bahwa makhluk hidup pertama lahir di air dan tertutup dalam cangkang berduri. Ketika usia mereka meningkat, mereka naik ke permukaan. Setelah cangkang mereka patah, mereka menjalani kehidupan yang berbeda untuk waktu yang singkat. Pemikiran Anaximander tersebut mirip dengan teori evolusi yang dikemukakan oleh Darwin.

II.3 Anaximenes dan Pemikirannya

Anaximenes adalah seorang filsuf dari Kota Miletus, kota yang sama dengan Thales dan Anaximandros. Merupakan filsuf ketiga dari Kota Miletus dan dia juga hidup disezaman demean Thales dan Anaximandros. Anaximenes disebut juga sebagai penganut madzhap miletus. Namun tentang kapan kelahiranhya msih belum jelas.Ada yang menyatakan dia lahir pada 588 SM. Anaximenes lebih muda dari Anaximandros. Bahkan dia juga disebut sebagai teman,murid,peganti dari Anaximandros. Anaximenes mulai terkenal sekitar tahun 545 SM, sedangkan tahun kematianya di perkirakan sekitar tahun 528-526 SM. Dia menulis satu buku, dan dari buku tersebut hanya satu fragmen yang masih tersimpan sampai kini. Merupakan filsuf pertama yang menekankan pada hukum fisika yang mendasari yang mengatur alam semesta.
Anaximrnes juga merupakan orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi dan geografi sehingga ia dikenal sebagai orang pertama yang membuat peta bumi serta ia juga berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru yang ia beri nama Apollonia di Yunani para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos.
Anaximenes berpendapat bahwa udara sebagai prinsip dasar segala sesuatu. Pemikiran dari Anaximenes lebih cendrung berbicara tentang filsafat alam yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu. Dia merasa ada suatu kejanggalan dan kesulitan dalam menerima filsafat dari pendahulunya, Anaximandros dan Thales. Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros tentang to aperion. Ia tak dapat menerima pandangan to apeiron yang metafisik adalah sebagaimana menjelaskan hubungan saling mempengaruhi antara metafisik dengan yang fisik. Karena itulah Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu,melainkan kepada zat yang bersifat fisik yakni udara. Udara itulah yang satu dan tidak terhingga. Udaralah yang membalut dunia ini menjadi sebab segala yang hidup. Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam sesuatu hal, baik air, api, manusia maupun segala sesuatu. Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu.
Ia berpendapat bahwa udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul atau akan muncul sebagai bentuk lain.Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip “pemadatan dan pengenceran”. Bila udara bertambah kepadatannya, maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan kemudian batu. Sebaliknya,bila udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api.proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam,sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara.
Anaximenes juga mengatakan bahwa pembentukan alam semesta adalah dari proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk air, tanah, batu, dan zat lain. Bumi, menurut Anaximenes, berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti meja. Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana daun melayang di udara.Benda-banda langit seperti bulan ,bintang,dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi. Sebagai ilmu alam, Anaximenes berpendapat semuanya terjadi di udara.
Anaximenes pun memiliki pandangan tentang jiwa manusia. Jiwa dipandang sebagai kumpulan udara. Hal ini karena manusia perlu bernapas untuk mempertahankan hidupnya. Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga sehingga segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan yang seharusnya. Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh manusiawi dengan jagat raga berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udara. Dengan hal ini, untuk pertama kali pengertian jiwa masuk ke dalam pandangan filosofi. Hanya saja Anaximenes tidak melanjutkan pemikirannya kepada soal penghidupan jiwa.





BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas pemikiran filsuf Yunani Kuno mendasari lahirnya ilmu pengetahuan hingga saat ini. Pada masa ini, filsafat mulai sadar akan kemampuan manusia untuk berpikir dan mencari jawaban atas banyak pertanyaan. Khususnya pemikiran filsuf Yunani Kuno, pada permulaan awal masa, pemikiran-pemikirannya berpusat pada alam dan jagat raya. Filsuf-filsuf seperti Thales, Anaximander, dan Anaximenes berusaha mencari jawaban tentang apakah dasar dari alam semesta.
Masing-masing filsuf memiliki jawaban yang berbeda dengan opini pendukung yang berbeda pula. Thales menganggap unsur dasar alam adalah air, berbeda dengan Anaximenes yang menganggap unsur dasar dari alam dan jiwa manusia berupa udara. Sementara itu Anaximander mulai mengakui keberadaan metafisik dalam filsafat. Ia berpendapat bahwa jagat raya berasal dari apeiron. Terlepas dari kebenaran unsur dasar yang dipertanyakan, pada masa Yunani Kuno dimulai pola pikir untuk mencari jawaban atas banyak fenomena di dunia.
Pada masa Yunani Kuno, peran filsafat sebagai mother of knowledge mulai terlihat. Dari sudut pandang ini,dapat dikatakan bahwa filsuf yunani sangat berjasa dengan pemikiran-pemikiran mereka yang mewarnai ilmu pengetahuan hingga saat ini. 



DAFTAR PUSTAKA
Evans, James. 2009. Anaximader Greek Philosopher. Tersedia: www.britannica.comMark, Joshua J. 2009. Anaximander. Tersedia: www.ancient.euTafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum: Akan dan Hati Sejak Thales Sampai James. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Available at: http://docplayer.info/30352074-Thales-tokoh-filsafat-yunani-kuno-yuliana-umrotul-widayanti.html [Accessed 13 Maret 2017].

Widayanti, Y. U., 2010. Thales; Tokoh Filsafat Yunani Kuno. [Online]
Wikipedia, 2017. Anaximenes. [Online]. Available at: https://id.wikipedia.org/wiki/Anaximenes [Accessed 14 Maret 2017].





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemikiran Thales

Filsafat Modern : Pemikiran Idealisme